23 Januari 2018
PANGLIMA TINGGI YANG DISEGANI DAN DISENANGI
FAHRIZAL. MA
00.26.00
Aceh
,
Berita
,
Budaya
,
Cerita Ku
,
Pidie Jaya
,
Sejarah
Tidak ada komentar
:
Dalam sejarah perjuangan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), sosok Teungku Abdullah Safi'i sangat dikenal. Ia adalah Panglima GAM yang kharismatik dan disegani. Lebih dari itu, Teungku Lah, begitu ia sering disapa adalah juga sosok yang ramah dan santun serta konsisten di garis perjuangan GAM.
Namun di balik sosoknya yang bersahaja dan dicintai rakyat, kisah perjuangan dan hidup Teungku Lah berakhir dengan tragis. Beliau gugur bersama istrinya Cut Fatimah dan dua pengawal setianya dalam
pertempuran dengan pasukan TNI di hutan Jim-jim, Pidie Jaya, 22 Januari
2002. Saat ini genap 16 tahun sang panglima meninggal dunia. Kepergiannya ditangisi rakyat dan GAM menyatakan berkabung selama 44 hari kala itu.
Dari berbagai sumber terkumpulkan berbagai pendapat tentang masa hidup sang Panglima Besar Tgk. Abdullah Syafi'i, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Panglima Gerakan Aceh Merdeka
Teungku Abdullah Syafi’i, lebih dikenal dengan nama Teungku Lah lahir di Bireuen, Aceh, 12 Oktober 1947. Ia syahid pada umur 54 tahun dalam sebuah pertempuran dengan TNI, dan merupakan tokoh pejuang GAM yang kharismatik dan disegani. Teungku Lah menjabat sebagai Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) saat gugur di medan tempur.
2. Sosok yang Ramah, Humanis dan Santun
Teungku Lah adalah sosok bersahaja, ramah dan humanis. Ia juga
dikenal sosok sederhana dan taat beribadah. Dia pun tidak bicara
sembarangan. Sifatnya yang santun membuat orang tidak pernah marah kepadanya dan bila ia berbicara berisi nasihat dan bijaksana.
3. Menyampaikan Wasiat Sebelum Syahid
Teungku Lah adalah sosok pejuang dan Panglima GAM yang amat disegani. Ia juga dikenal dengan sosok yang ikhlas berjuang di garis terdepan tentara GAM.
“…jika pada suatu hari nanti Anda mendengar berita bahwa saya
telah syahid, janganlah saudara merasa sedih dan patah semangat. Sebab
saya selalu bermunajat kepada Allah SWT agar mensyahidkan saya apabila
kemerdekaan Aceh telah sangat dekat. Saya tak ingin memperoleh kedudukan
apa pun apabila negeri ini (Aceh) merdeka…”
Itulah wasiat terakhir Panglima Gerakan Aceh Merdeka Abdullah Syafi’i
yang gugur dalam kontak senjata di kawasan perbukitan Jim-jim,
Kecamatan Bandarbaru, Kabupaten Pidie (sekarang Pidie Jaya) pada 22 Januari 2002. Wasiat yang dibuat sebulan sebelum ia syahid itu seolah sebuah pertanda bahwa perjuangannya akan berakhir.
4. Bukan Lulusan Militer GAM
Teungku Lah dikenal sangat santun dan bersahaja. Di mata aktivis GAM, ia adalah sosok yang humanis dan anti kekerasan. Tengku Lah memang tak pernah dibesarkan dalam dunia kekerasan. Ia juga tak pernah mendapat pendidikan tempur di Libya, seperti yang
diperoleh Muzakir Manaf yang kemudian menggantikannya sebagai Panglima GAM setelah Teungku Lah gugur. Pendidikan terakhirnya hanya di Madrasah Aliyah Negeri Peusangan. Itu
pun hanya sampai kelas tiga. Setelah itu, ia belajar ilmu agama di
sejumlah pesantren. Uniknya, masa muda Abdullah Syafi’i ternyata lebih banyak dihabiskan dalam dunia teater bersama grup Jeumpa.
5. Membuat Heboh karena Ketemu Sekretaris Kabinet dan Artis Cut Keke
Sosok Teungku Lah pernah membuat heboh Jakarta dan elite GAM di Swedia lantaran bisa ditemui Sekretaris Kabinet Bondan Gunawan di era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan artis Cut Keke. Pertemuan itu berlangsung di tengah hutan dalam suasana yang penuh dengan keakraban. Bagi Teungku Lah pertemuan itu dianggap sebagai pertemuan silaturahmi.
6. Pernah Diberitakan Sekarat Terkena Tembakan
TNI pernah mengklaim bahwa telah menembak Teungku Lah hingga sekarat. Pada Maret 2000, Teungku Lah dengan santai malah mengundang reporter
SCTV Jufri Alkatiri dan Yahdi Jamhur untuk sebuah wawancara di tengah hutan Pasee. Dalam kesempatan itu, Tengku Lah juga mengundang wartawan Kompas Maruli
Tobing untuk melihat kondisinya yang saat itu ternyata dalam kondisi
sehat walafiat.
7. Syahid dalam Perang Bersama Istri yang Sedang Mengandung 6 Bulan
Akhir perjuangan Teungku Lah begitu dramatis. Ia syahid bersama Cut Fatimah, istrinya yang sedang mengandung enam bulan dan dua pengawalnya. Teungku Abdullah Syafi'i meninggal setelah tertembak dalam sebuah pertempuran di hutan Jim-jim, Pidie Jaya, 22 Januari 2002. Namun, jenazahnya tak langsung dievakuasi. Untuk memastikan yang
tertembak adalah orang nomor satu dalam tubuh militer GAM, Panglima
Komando Operasi Pemulihan Keamanan Brigjen TNI Djali Yusuf waktu itu
berangkat ke lokasi menggunakan helikopter.Keesokan harinya, 23 Januari 2002, barulah dipastikan yang tertembak itu adalah Teungku Abdullah Syafi'i. Selain itu juga ada dua pengawal setianya yang ikut gugur dalam pertempuran.
8. Kepergiannya Ditangisi Rakyat
Pada malam menjelang subuh 25 Januari 2002, isak tangis dan selawat bergema di Desa Cubo, Kecamatan Bandar Baru, Pidie Jaya.Jenazah Panglima Angkatan Gerakan Aceh Merdeka (AGAM) Teungku Abdullah
Syafi'i bersama istrinya Cut Fatimah dan dua pengawal setianya Teungku
Daud Hasyim dan Teungku Muhammad Ishak dimakamkan. Mereka gugur akibat kontak senjata antara GAM dan TNI tiga hari
sebelumnya, di Desa Sarah Panyang Jim-jim, sekitar empat kilometer dari
Blang Sukon. Masyarakat mengenang Abdullah Syafi’i sebagai sosok ramah dan bersahaja.
Tiga warga desa sempat pingsan karena tak kuasa menahan haru.
9. Makamnya Sering Didatangi Peziarah
Setelah damai Aceh bersemi pada 15 Agustus 2005, makam Teungku Lah ramai dikunjungi peziarah. Mulai dari masyarakat biasa hingga mantan petinggi GAM. Bahkan, Wali Nanggroe Tengku Hasan Tiro pun sempat menziarahinya saat kembali ke Aceh pada Oktober 2008. Makam Tengku Lah dibangun dengan sederhana dan hanya dikelilingi teralis
besi. Abdullah Syafi'i dimakamkan di Cubo, Kecamatan Bandar Baru, Pidie
Jaya pada 25 Januari 2002.
10. Sering Memasak Untuk Pasukannya
Pada satu waktu di bulan puasa Januari 2002, Teungku Lah bangun memasak nasi untuk sahur. Sementara pasukannya sedang terlelap. Ketika masakan telah siap, barulah Teungku Lah membangunkan pasukannya untuk sahur. Saat dalam bergerilya menjelajah hutan bersama pasukannya, terkadang
didapati hidupnya sekarat dan serba kekurangan dan ketiadaan stok
makanan. Namun Teungku Lah tetap lebih memilih bersusah payah mencari sendiri apa yang bisa dimakan tanpa menyusahkan anak buahnya.
11. Kalimat Terakhir saat Ajal Menjemput
“Nyoe ka troh nyang lon lakee, ka troh watee nyang lon preh-preh
(kini sudah tiba waktunya yang saya tunggu-tunggu),” kata Teungku Lah
kepada pengawalnya Jalaluddin setelah ia tertembak dalam pertempuran
bersama istrinya Cut Fatimah. Kalimat itu mengiringi kepergian panglima yang sangat dihormati dan kharismatik itu syahid di medan pertempuran.
16 tahun sudah Sang PANGLIMA pergi, tidak ada yang dapat menggantikan cara Panglima memimpin, walaupun jabatan Panglima diduduki oleh pengganti. Semoga Amal Ibadah Panglima selalu disisi Allah dan menjadi penghuni Surga. Amin........Ya Rabbal Alamin..................
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Terimakasih Komentarnya