-->

Gampong Lueng Bimba Kemukiman Kuta Simpang - PIDIE JAYA

Tampilkan postingan dengan label Cerita Ku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Ku. Tampilkan semua postingan

23 Januari 2018

GURITA, JASAMU TERKENANG

Tidak ada komentar :
Dolles Marsael (Laot Ie Mata-Lagu Aceh) dan Junaida (Lambaian Terakhir-Lagu Melayu) mengabadikan namamu dalam syairnya.
KM Gurita adalah kapal feri yang tenggelam antara 5 - 6 mil laut dari Perairan Teluk Balohan, Kota Sabang, Aceh, yang terjadi pada tanggal 19 Januari 1996. KM Gurita merupakan alat transportasi utama yang menghubungkan Pelabuhan Malahayati, Banda Aceh dan Sabang. Berdasarkan data yang dihimpun, 40 orang dinyatakan selamat, 54 orang ditemukan meninggal, dan 284 orang dinyatakan hilang bersama-sama dengan KM Gurita yang tidak berhasil di angkat dari dasar laut.

Kapal ini berangkat dari Pelabuhan Malahayati, Kruang Raya Aceh Besar, pukul 18.45 WIB menuju kota Sabang tanggal 19 Januari 1996. Menurut rencana, kapal tersebut seharusnya tiba di Pelabuhan Balohan pukul 21.00 WIB. Kapal ini menurut penuturan saksi mata yang menyaksikan keberangkatan kapal, melihat kapal memang kelebihan sekaligus sarat muatan, karena kapal yang memiliki kapasitas 210 orang, ternyata disesaki hingga mencapai 378 orang (282 orang warga Sabang, 200-an warga luar Sabang, serta 16 Warga Negara Asing), itupun diperparah dengan muatan barang yang mencapai 50 ton, meliputi 10 ton semen, 8 ton bahan bakar, 15 ton tiang beton listrik, bahan sandang-pangan kebutuhan masyarakat Sabang serta 12 kendaraan roda empat dan 16 roda dua. Kejadian itu terjadi tiga hari sebelum pelaksanaan ibadah puasa, yaitu 22 Januari 1996. Jum'at sore itu ramai sekali penumpang yang hendak berangkat ke Sabang dengan Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Gurita yang bersandar di Dermaga Pelabuhan Malahayati, Aceh Besar. Tidak ada yang aneh ketika sejumlah penumpang bergerak memasuki kapal yang tergolong tua tersebut. Hanya muatan yang penuh sesak dan seakan ini sudah menjadi kelaziman. Jadwal pelayaran pada Jumat sore, 19 Januari 1996 itu bertambah padat karena menyambut masuknya bulan suci Ramadhan yang jatuh pada 22 Januari 1996. Dalam tradisi masyarakat Aceh, satu atau dua hari menjelang Ramadhan adalah meugang, di mana pada saat-saat itulah semua anggota keluarga sedapat mungkin bisa berkumpul. Saksi mata yang tak jadi berangkat dengan KMP Gurita karena melihat kondisi kapal yang sarat penumpang mengakui, pada saat meninggalkan Pelabuhan Malahayati, kapal yang naas tersebut sarat penumpang dan barang.

Di kegelapan malam yang mencekam itu, KM Gurita mengalami gangguan cuaca dan angin kencang dari arah timur. Terjadinya gangguan, ditambah muatan yang melebihi kapasitas, mengakibatkan kapal tersebut menjadi oleng. Nakhoda tak dapat menguasai kapal yang oleng ke kiri dan ke kanan. Saksi mata mengatakan pada pukul 20:15 WIB, kapal penyeberangan itu masih terlihat dari pelabuhan Balohan. Sanak keluarga yang datang menjemput tak memperkirakan kapal tersebut sedang mengalami gangguan dan tengah berjuang melawan badai. Lampu masih terlihat jelas dari KM Gurita. Namun sekitar pukul 20:30 WIB, kapal penyeberangan itu sudah tidak terlihat lagi. Sampai saat itu, belum ada satu pun pejabat di pelabuhan Sabang yang menyatakan kapal mengalami musibah. Pencarian terus dilakukan. hubungan dengan kapal terputus. Tak ada tanda-tanda apa pun yang bisa diterima dari kapal feri itu. Kepastian musibah baru diketahui empat jam setelah kejadian, yakni pada saat salah seorang penduduk Pasiran, Kota Bawah Timur, Syahril (22 tahun) penumpang KM Gurita mampu berenang mengarungi lautan dengan ombak yang ganas dan terdampar di Teluk Keuneukai. Kabar yang di bawa Syahril itulah yang memastikan bahwa KM Gurita tenggelam di dekat teluk Balohan. sejak saat itu, masyarakat di Pelabuhan Sabang, menjadi gelisah. Sebagian masih tetap tabah menanti kedatangan keluarganya, tetapi sebagian lagi mulai mencari daftar penumpang.

Dari penuturan Syahril yang mengatakan kapal tenggelam itulah, disimpulkan bahwa hasil penyelidikan final Tim Pencari Fakta yang bekerja selama sebulan menyatakan, jumlah penumpang yang ada di KM Gurita ternyata 378 orang. Jumlah orang itu diperoleh setelah seluruh data masuk dari masing-masing daerah. Dari jumlah itu, terbanyak berasal dari Sabang, mencapai 282 orang dan 16 warga negara asing (WNA). Sebenarnya, sejak beberapa tahun lalu masyarakat di Aceh, khususnya di pulau Sabang, sudah memperkirakan bakal terjadi musibah atas KM Gurita. Perkiraan itu setelah melihat kondisi feri penyeberangan tersebut yang sering batuk-batuk dan tak layak untuk berlayar lagi. Namun, karena terbatasnya armada angkutan, Ditjen Perhubungan Darat dalam hal ini PT ASDP (Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan) terus mengoperasikan secara reguler kapal tua yang dibuat tahun 1970 di galangan kapal Bina Simpaku, Tokyo, Jepang tersebut.

Musibah yang menimpa KM Gurita tak terlepas dari kealpaan sejumlah pejabat perhubungan di Aceh. Dari hasil penyelidikan yang dilakukan Polda Aceh, ada enam pejabat di lingkungan Kantor Wilayah (Kanwil) Perhubungan Aceh yang dinyatakan resmi sebagai tersangka kasus tenggelamnya KMP Gurita. Berkas perkara keenam tersangka itu telah dilimpahkan Polda Aceh Kejaksaan Tinggi dan terakhir, Kejati juga telah menyerahkan berkas perkaranya ke pengadilan negeri di Banda Aceh. "Kita sudah proses semua tersangka, tampaknya mereka dapat dikenakan pasal-pasal yang memberatkan," ujar Kapolda. Keenam pejabat yang dinyatakan sebagai tersangka tenggelamnya KMP Gurita itu adalah, AK (Kepala Cabang PT ASDP Banda Aceh), Drs. Yus (Syahbandar), IH (Kepala Bagian Operasi PT ASDP Banda Aceh) dan tiga pejabat di Bagian Administrator Pelabuhan (Adpel) Malahayati yakni AS,KD dan BMA. Menurut Kapolda waktu itu, walau mereka sudah dinyatakan sebagai tersangka, namun belum dilakukan penahanan. karena diyakini, keenam tersangka tidak akan melarikan diri, tidak menghilangkan barang bukti dan tidak pula mengulangi perbuatannya, atas dasar itulah mereka tidak ditahan,” ujar Kapolda. Keenam tersangka itu dipersalahkan melanggar pasal 263, 338, 359 KUHP serta undang-Undang Nomor 21/1992 tentang pelayaran. Pasal 263 KUHP dikenakan kepada para tersangka, karena para tersangka sengaja memalsukan sejumlah dokumen mengenai pelayaran KMP Gurita, sehingga terjadi musibah yang menewaskan ratusan orang itu. pada pasal 359 KUHP disebutkan, karena kelalaian mereka menyebabkan hilangnya nyawa orang lain. Sedangkan pasal 338 KUHP,karena perbuatan tersangka itu dianggap sebagai pembunuhan, begitu juga Undang-Undang Nomor 21/1992 yang bisa mengancam mereka dengan hukuman lebih dari lima tahun penjara. Semua tuduhan itu mutlak diberlakukan kepada mereka. Dalam penyelidikan kasus yang menarik perhatian masyarakat di tanah air itu, Polda Aceh telah meminta sedikitnya keterangan 60 orang saksi, baik yang ada di Sabang maupun di Banda Aceh dan kabupaten Aceh Besar. (SUMBER: Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas)

PANGLIMA TINGGI YANG DISEGANI DAN DISENANGI

Tidak ada komentar :
Dalam sejarah perjuangan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), sosok Teungku Abdullah Safi'i sangat dikenal. Ia adalah Panglima GAM yang kharismatik dan disegani. Lebih dari itu, Teungku Lah, begitu ia sering disapa adalah juga sosok yang ramah dan santun serta konsisten di garis perjuangan GAM.

Namun di balik sosoknya yang bersahaja dan dicintai rakyat, kisah perjuangan dan hidup Teungku Lah berakhir dengan tragis. Beliau gugur bersama istrinya Cut Fatimah dan dua pengawal setianya dalam pertempuran dengan pasukan TNI di hutan Jim-jim, Pidie Jaya, 22 Januari 2002. Saat ini genap 16 tahun sang panglima meninggal dunia. Kepergiannya ditangisi rakyat dan GAM menyatakan berkabung selama 44 hari kala itu.

 Dari berbagai sumber terkumpulkan berbagai pendapat tentang masa hidup sang Panglima Besar Tgk. Abdullah Syafi'i, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Panglima Gerakan Aceh Merdeka
Teungku Abdullah Syafi’i, lebih dikenal dengan nama Teungku Lah lahir di Bireuen, Aceh, 12 Oktober 1947. Ia syahid pada umur 54 tahun dalam sebuah pertempuran dengan TNI, dan merupakan tokoh pejuang GAM yang kharismatik dan disegani. Teungku Lah menjabat sebagai Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) saat gugur di medan tempur. 

2. Sosok yang Ramah, Humanis dan Santun
Teungku Lah adalah sosok bersahaja, ramah dan humanis. Ia juga dikenal sosok sederhana dan taat beribadah. Dia pun tidak bicara sembarangan. Sifatnya yang santun membuat orang tidak pernah marah kepadanya dan bila ia berbicara berisi nasihat dan bijaksana.

3. Menyampaikan Wasiat Sebelum Syahid
Teungku Lah adalah sosok pejuang dan Panglima GAM yang amat disegani. Ia juga dikenal dengan sosok yang ikhlas berjuang di garis terdepan tentara GAM.

“…jika pada suatu hari nanti Anda mendengar berita bahwa saya telah syahid, janganlah saudara merasa sedih dan patah semangat. Sebab saya selalu bermunajat kepada Allah SWT agar mensyahidkan saya apabila kemerdekaan Aceh telah sangat dekat. Saya tak ingin memperoleh kedudukan apa pun apabila negeri ini (Aceh) merdeka…”

Itulah wasiat terakhir Panglima Gerakan Aceh Merdeka Abdullah Syafi’i yang gugur dalam kontak senjata di kawasan perbukitan Jim-jim, Kecamatan Bandarbaru, Kabupaten Pidie (sekarang Pidie Jaya) pada 22 Januari 2002. Wasiat yang dibuat sebulan sebelum ia syahid itu seolah sebuah pertanda bahwa perjuangannya akan berakhir.

4. Bukan Lulusan Militer GAM
Teungku Lah dikenal sangat santun dan bersahaja. Di mata aktivis GAM, ia adalah sosok yang humanis dan anti kekerasan. Tengku Lah memang tak pernah dibesarkan dalam dunia kekerasan. Ia juga tak pernah mendapat pendidikan tempur di Libya, seperti yang diperoleh Muzakir Manaf yang kemudian menggantikannya sebagai Panglima GAM setelah Teungku Lah gugur. Pendidikan terakhirnya hanya di Madrasah Aliyah Negeri Peusangan. Itu pun hanya sampai kelas tiga. Setelah itu, ia belajar ilmu agama di sejumlah pesantren. Uniknya, masa muda Abdullah Syafi’i ternyata lebih banyak dihabiskan dalam dunia teater bersama grup Jeumpa.

5. Membuat Heboh karena Ketemu Sekretaris Kabinet dan Artis Cut Keke
Sosok Teungku Lah pernah membuat heboh Jakarta dan elite GAM di Swedia lantaran bisa ditemui Sekretaris Kabinet Bondan Gunawan di era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan artis Cut Keke. Pertemuan itu berlangsung di tengah hutan dalam suasana yang penuh dengan keakraban. Bagi Teungku Lah pertemuan itu dianggap sebagai pertemuan silaturahmi.

6. Pernah Diberitakan Sekarat Terkena Tembakan
TNI pernah mengklaim bahwa telah menembak Teungku Lah hingga sekarat. Pada Maret 2000, Teungku Lah dengan santai malah mengundang reporter SCTV Jufri Alkatiri dan Yahdi Jamhur untuk sebuah wawancara di tengah hutan Pasee. Dalam kesempatan itu, Tengku Lah juga mengundang wartawan Kompas Maruli Tobing untuk melihat kondisinya yang saat itu ternyata dalam kondisi sehat walafiat.

7. Syahid dalam Perang Bersama Istri yang Sedang Mengandung 6 Bulan
Akhir perjuangan Teungku Lah begitu dramatis. Ia syahid bersama Cut Fatimah, istrinya yang sedang mengandung enam bulan dan dua pengawalnya. Teungku Abdullah Syafi'i meninggal setelah tertembak dalam sebuah pertempuran di hutan Jim-jim, Pidie Jaya, 22 Januari 2002. Namun, jenazahnya tak langsung dievakuasi. Untuk memastikan yang tertembak adalah orang nomor satu dalam tubuh militer GAM, Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan Brigjen TNI Djali Yusuf waktu itu berangkat ke lokasi menggunakan helikopter.Keesokan harinya, 23 Januari 2002, barulah dipastikan yang tertembak itu adalah Teungku Abdullah Syafi'i. Selain itu juga ada dua pengawal setianya yang ikut gugur dalam pertempuran.

8. Kepergiannya Ditangisi Rakyat
Pada malam menjelang subuh 25 Januari 2002, isak tangis dan selawat bergema di Desa Cubo, Kecamatan Bandar Baru, Pidie Jaya.Jenazah Panglima Angkatan Gerakan Aceh Merdeka (AGAM) Teungku Abdullah Syafi'i bersama istrinya Cut Fatimah dan dua pengawal setianya Teungku Daud Hasyim dan Teungku Muhammad Ishak dimakamkan. Mereka gugur akibat kontak senjata antara GAM dan TNI tiga hari sebelumnya, di Desa Sarah Panyang Jim-jim, sekitar empat kilometer dari Blang Sukon. Masyarakat mengenang Abdullah Syafi’i sebagai sosok ramah dan bersahaja. Tiga warga desa sempat pingsan karena tak kuasa menahan haru.

9. Makamnya Sering Didatangi Peziarah
Setelah damai Aceh bersemi pada 15 Agustus 2005, makam Teungku Lah ramai dikunjungi peziarah. Mulai dari masyarakat biasa hingga mantan petinggi GAM. Bahkan, Wali Nanggroe Tengku Hasan Tiro pun sempat menziarahinya saat kembali ke Aceh pada Oktober 2008. Makam Tengku Lah dibangun dengan sederhana dan hanya dikelilingi teralis besi. Abdullah Syafi'i dimakamkan di Cubo, Kecamatan Bandar Baru, Pidie Jaya pada 25 Januari 2002.

10. Sering Memasak Untuk Pasukannya
Pada satu waktu di bulan puasa Januari 2002, Teungku Lah bangun memasak nasi untuk sahur. Sementara pasukannya sedang terlelap. Ketika masakan telah siap, barulah Teungku Lah membangunkan pasukannya untuk sahur. Saat dalam bergerilya menjelajah hutan bersama pasukannya, terkadang didapati hidupnya sekarat dan serba kekurangan dan ketiadaan stok makanan. Namun Teungku Lah tetap lebih memilih bersusah payah mencari sendiri apa yang bisa dimakan tanpa menyusahkan anak buahnya.

11. Kalimat Terakhir saat Ajal Menjemput
“Nyoe ka troh nyang lon lakee, ka troh watee nyang lon preh-preh (kini sudah tiba waktunya yang saya tunggu-tunggu),” kata Teungku Lah kepada pengawalnya Jalaluddin setelah ia tertembak dalam pertempuran bersama istrinya Cut Fatimah. Kalimat itu mengiringi kepergian panglima yang sangat dihormati dan kharismatik itu syahid di medan pertempuran.

16 tahun sudah Sang PANGLIMA pergi, tidak ada yang dapat menggantikan cara Panglima memimpin, walaupun jabatan Panglima diduduki oleh pengganti. Semoga Amal Ibadah Panglima selalu disisi Allah dan menjadi penghuni Surga. Amin........Ya Rabbal Alamin..................

ADVERTISEMENT
Pendidikan terakhirnya hanya di Madrasah Aliyah Negeri Peusangan. Itu pun hanya sampai kelas tiga. Setelah itu, ia belajar ilmu agama di sejumlah pesantren.Uniknya, masa muda Abdullah Syafi’i ternyata lebih banyak dihabiskan dalam dunia teater bersama grup Jeumpa.

29 November 2017

Panto Sinderan

Tidak ada komentar :

Meunyo hana tabeuet ileumee tauhid, salah tamarit jeuet keu kaphe.
Meunyo hana tabeuet ileumee tasawoh, roh meupajoh bangke-bangke.
Meunyo hana tabeuet ileumee fiqah, roh ta peugah yang jahe-jahe.
Meunyo hana tabeuet ileumee manteq, watee ta meudawa talo sabe.

Meunyo lagee nyan aneuk geutanyoe ka dipeugah:

Bak putek meuduroe
Bak panjoe meugeutah
Ék disampoh
Geuntot yang dirhah

20 November 2017

Harga Menurut Bahasa

Tidak ada komentar :

Pakon jeut murah pakek bahasa Aceh???

Kopi itam             Rp.   2.500,-
Black Coffee.               Rp.15.000,-

Di Urot                         Rp.   30.000,-
Massage.                     Rp. 300.000,-

Ie puteh                 Rp.        1000,-
Mineral Water.             Rp.     8.500,-

Goreng Manok           Rp.     8.000,-
Fried Chicken.              Rp.  25.000,-

Pecal                            Rp.    7.000,-
Salad With Peanut souce
                                 Rp. 22.000,-

Rumoh metingkat toe krueng
                                         Rp. 70 Juta,-
Riverside Apartement.Rp.650 juta,-

Tanoh Kuburan.            Rp.   1 Juta,-
Sandiego Hills               Rp. 75  juta,-

Maka jih get tamarit ngon basa aceh ngat murah mandum.😂😂

17 November 2017

Gara-Gara Terpijak Kodok

Tidak ada komentar :

Pada suatu hari 4 anak manusia (Dodi, Nia, Dani & anda yg sedang baca ini) pergi ke gunung untuk camping, sampai di kaki gunung bertemu dengan seorang nenek, kemudian nenek itu bertanya, mau kemana nak? mau ke puncak gunug itu nek jawab Nia dan di iyakan oleh Dodi, anda n Dani, lalu nenek itu bilang jika mau ke gunug itu jangan sampai terpijak kodok ya karena kalau sampai terpijak kodok nanti dapat jodoh jelek, 4 anak muda mudi itu pun bingung seolah-olah tidak percaya yang nenek itu bilang tadi.  Mereka pun meneruskan perjalanan ke gunung tersebut, dalam perjalanan itu tiba-tiba Dani terpijak seekor kodok, maka  tertawalah anda, Dodi n Nani karena ingat pesan nenek tadi, tak lama kemudian Nia yang terpijak kodok lagi, tertawalah lagi anda n Dodi, sampai di puncak gunug, anda n Dodi senang sekali karena tidak terpijak kodok tadi waktu pergi, pas waktu pulag giliran Dodi yg terpijak kodok. Jadi tiggal anda sendiri yg tidak terpijak kodok itu, senang banget memang anda karena nanti dapat jodoh yg tidak jelek kayak Dodi, Nia n Dani seperti yang dikatakan oleh nenek itu. Satu tahun kemudian, jumpa lagi Dodi, Nia n Dani dg anda dan semua sudah ada pasangannya, memang pasangan mereka jelek semua karena terpijak kodok waktu naik gunung dulu. Lalu mereka bertanya pada pasangan anda, "maaf bang, kenapa abang bisa nikah dengan dia (anda)?". Pasangan anda dengan tenang menjawab, "iya, saya juga tidak tau mengapa bisa nikah dengan dia, mugkin karena dulu saya pernah terpijak kodok waktu naik gunung".

Rupanya pasangan anda lah yg terpijak kodok bukan anda. habislah cerita nyan, kapan2 saya sambung lagi ya..........anda terbukti JELEK
Maaf hanya tuk humor krn susah tdur malam

31 Januari 2016

TEUKU MARKAM "Penyumbang Emas Monas di Indonesia yang DILUPAKAN"

Tidak ada komentar :


Orang Jakarta pasti tak asing lagi kalau mendengar kata Monas apalagi dengan pucuknya yang dilapisi dengan emas dan sudah menjadi lambang Kota Jakarta.
Oleh karena itu pernahkah terbesit di benak kalian, siapa yang menyumbang emas yang ada di Monumen Nasional atau sering dikenal sebagai Monas? Mungkin sebagian dari kalian berfikir kalau emas yang ada di ujung Monas itu adalah hasil patungan dari berbagai saudagar-saudagar kaya, pinjaman luar negeri, atau dari harta rampasan perang?
Jika kalian pernah berfikir seperti itu, tentu kalian ragu. Memang, emas yang ada di atas Monumen Nasional itu adalah hasil dari sumbangan dari berbagai saudagar kaya yang ada di Indonesia pada saat itu. Namun, sebagian besar emas yang ada di Monas, adalah hasil dari sumbangan saudagar Aceh yang bernama Teuku Markam.
Ia menyumbang 28 dari 38 kilogram emas yang ada di Monas. Ia adalah salah satu orang terkaya pada zaman pemerintahan Soekarno
Ia menyumbang 28 dari 38 kilogram emas yang ada di Monas. Ia adalah salah satu orang terkaya pada zaman pemerintahan Soekarno. Sebenarnya masih banyak sumbangsih yang Teuku Markam persembahkan untuk negeri kita tercinta ini. Diantaranya, membebaskan lahan Senayang untuk dijadikan sebagai pusat olahraga terbesar di Indonesia.
Selain itu beliau juga memberikan dana kepada pemerintah orba untuk membangun jalan Banda Aceh-Medan, insfrastruktur di Aceh dan di Jawa Barat, serta pembangunan jalan-jalan yang ada di Jawa Barat.

Siapakah Teuku Markam sebenarnya?
Ia adalah saudagar Aceh yang lahir pada tahun 1925. Ayahnya Teuku Marhaban berasal dari kampung Seuneudon dan Alue Capli, Panton Labu Aceh Utara.
Teuku Markam sudah menjadi yatim piatu ketika ia berusia 9 tahun. Lalu ia diasuh oleh kakanya yang bernama Cut Nyak Putroe. Ia sempat bersekolah sampai kelas 4 Sekolah Rakyat (SR).
Teuku Markam kemudian tumbuh menjadi pemuda yang mengikuti pendidikan wajib militer di Kutaraja yang sekarang bernama Banda Aceh. Selama bertugas di Sumatra Utara, Teuku Markam aktif di berbagai lapangan pertempuran.
Bahkan ia ikut mendamaikan pertengkaran antara pasukan Simbolon dengan pasukan Manaf Lubis. Sebagai prajurit penghubung,beliau diutus oleh Panglima Jenderal Bejo ke Jakarta untuk bertemu pimpinan pemerintah. Oleh pimpinan, Teuku Markam diutus lagi ke Bandung untuk menjadi ajudan Jenderal Gatot Soebroto.
Tugas itu diembannya sampai Gatot Soebroto meninggal dunia. Tahun 1957, Teuku Markam berpangkat kapten. Ia kembali ke Banda Aceh dan mendirikan sebuah lembaga usaha yang bernama PT Karkam.
Namun perjalanannya di Aceh tidak semulus yang ia duga. Di sana ia sempat bentrok dengan Teuku Hamzah (Panglima Kodam Iskandar Muda) karena disiriki oleh orang lain. Akibatnya beliau ditahan dan baru keluar tahun 1958. Petentangan Teuku Markam dengan Teuku Hamzah kemudian berhasil didamaikan.
Lalu perusahaan PT. Karkam dipercaya oleh pemerintah RI mengelola rampasan perang untuk dijadikan dana revolusi. Selanjutnya Teuku Markam benar-benar berhenti menjadi tentara, kemudia ia melanjutkan karirnya dengan menggeluti usaha dengan sejumlah aset berupa kapal dan beberapa dok kapal di Palembang, Medan, Jakarta, Makassar, Surabaya.
Bisnisnya semakin luas karena ia juga terjun dalam ekspor-impor dengan sejumlah Negara. Antara lain mengimpor mobil Toyota Hardtop dari Jepang, besi beton, plat baja, bahkan sempat mengimpor senjata atas persetujuan DEPHANKAM dan presiden.
Komitmennya untuk membantu pemerintah adalah untuk mendukung pembebasan Irian Barat serta pemberantasan buta huruf yang waktu itu digenjot habis-habisan oleh Soekarno. Peran Teuku Markam dalam menyukseskan KTT Asia Afrika tidak sedikit.
Beliau termasuk salah satu konglomerat Indonesia yang dikenal dekat dengan pemerintahan Soekarno dan sejumlah pejabat lain. Berkat bantuan para konglomerat itulah KTT Asia Afrika berhasil memerdekakan Negara-negara yang ada di Asia dan Afrika.
Namun sejarah kemudian berbalik. Peran dan sumbangan Teuku Markam dalam membangun perekonomian Indonesia seakan menjadi tak ada artinya di mata pemerintahan Soeharto.
Namun sejarah kemudian berbalik. Peran dan sumbangan Teuku Markam dalam membangun perekonomian Indonesia seakan menjadi tak ada artinya di mata pemerintahan Soeharto.
Dengan sepihak ia difitnah sebagail PKI dan dituding sebagai koruptor dan Soekarnoisme. Akibat tuduhan itu ia dipenjarakan pada tahun 1966. Ia dijebloskan ke dalam sel tanpa ada proses pengadilan. Pertama-tama ia dimasukkan ke tahanan Budi Utomo, lalu dipindahkan ke Guntur, selanjutnya berpindah ke penjara Salemba di Jalan Percetakan Negara. Tak lama ia dipindahkan lagi ke tahanan Cipinang, lalu terakhir ia dipindah lagi ke tahanan Nirbaya di Pondok Gede Jakarta Timur.
Pada tahun 1972 ia jatuh sakit dan terpaksa dirawat di RSPAD Gatot Soebroto selama kurang lebih dua tahun. Tak hanya di situ. Pemerintah orde baru juga merampas hak milik PT. Karkam dan merubahnya menjadi atas nama pemerintah.
Itulah kisah sedih si penyumbang emas. Banyak seumbangsih yang dia beri kepada pemerintah Indoensia, tetapi sama sekali tidak diharga. Malah Teuku Markam hidup sengsara di hari tuanya. Itulah perangai buruk pemimpin yang ada di zaman orba. sehabis dipakai, pelepahpun dibuang.
Begitulah kata yang cocok untuk menggambarkan peran seorang Teuku Markam di ranah perjuangan Indonesia. Banyak orang yang masih belum mengenal beliau, tetapi sumbangsihnya banyak orang yang tahu. Disini kami hanya ingin sekedar berbagi, dan menyadarkan semua orang, kalau masih banyak orang-orang yang telah berjasa bagi negeri ini, tapi mereka sama sekali tidak dihargai jasanya oleh pemerintah.
Sungguh suatu kebobrokan yang sengat keji! Jadi jangan salah kalau daerah-daerah yang ada di pinggiran negeri meminta untuk merdeka. Karena mereka tidak merasa merdeka. Sebaliknya mereka merasa dijajah oleh bangsa sendiri.
SUMBER (voa-islam.com)

25 Januari 2015

Rindu Keu Ayah

Tidak ada komentar :


Hana pat lon peugah ngon lon meungadu
Pat keuh neuk lon eu wajah Ayah ‘nda
Bak teungoh malam lon teubayang
Hate bimbang diteuka rindu

Umu dua thon lon neu tinggai
Neuwoe bak Tuhan po teuh Rabbana
Watee teuingat han ek lon bayang
Hana pat lon peusan saleuem keu Ayah ‘nda

Hanya bak droe neuh oh ya Tuhan
Neupeutroh rijang doa ulonnyoe
Hate lon seudeh watee lon keunang
Gaseh sayang hana lon rasa

Digob dum seunang na Ayah ngon Ma
Pakon keuh lon tuan udep dua deungon Ma
Dak na adoe nibak masanyan cukop that sayang
Mantong goh leukang lam ningkue Ma

Hanya doa yang jeut lon sampaikan
Peugadoh bimbang sabe lam dada
Mungken nyan keuh saboh cobaan
Sampoe lon taun umu ka lhee sa

Dari ubit lon Ma papah 
Walau tan Ayah lon geupeusikula 
Sampoe jinoe lon kalheuh kuliah 
Teuingat ayah han tom lon kalon rupa

Neu bri ya Allah kubu beu luwah
Ayah lon Neu Kubah sajan Saidina
Amin ya Allah yang po kuasa
Neupeu seulamat Ayah sampoe troh Syuruga
Banda Aceh, 24 Januari 2015

22 November 2012

AKU TERPAKSA MENIKAHIMU DAN AKHIRNYA AKU MENYESAL

Tidak ada komentar :


"PEREMPUAN WAJIB BACA SEBAGAI PENGALAMAN"
Cerita ini adalah kisah rumah tangga yang sangat memberi pelajaran bagi kita semua. Penyesalan yang datangnya hanya pada akhir karena keterpaksaan.

Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami.Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Setelah menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Akutak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menurutisemua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakaipasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senan g dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamildan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.

Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahansemakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat ituaku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami.

Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon,namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajandan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”

“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon.

Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”kujuga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulaimerasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku.

Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera.

Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumahsakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada.

Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk dihadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatapwajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat.

Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesipemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadakusesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental.

Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanyamemasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap harikarena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku takpernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalahsaat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu.

Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, akuberteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangundengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suaradengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa.

Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana.

Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus.Remote televisi yang biasa disembunyikanny a, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote.

Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas.

Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja.

Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampirtak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja,aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

“Istriku Liliana tersayang”

Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.

Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susahsetelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.

Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!”

Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajeri oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharumengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya , tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”

Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailahapa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikanny a atas nama cinta.”
Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”

Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya,tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

Begitulah penyesalan sang istri akhirnya, dia menangis dan menyesal. Ketika suaminya telah tiada, dia baru sadar betapa besarnya cinta suaminya kepada dia. Semoga hal ini tidak terjadi lagi dalam kehidupan sekarang tetapi hanya cintanya saja yang akan terjadi.
 

Tidak Semua Keinginan Hati itu baik dan benar adanya....Allah punya mau, terhadap keinginan hatiseorang manusia.