-->

Gampong Lueng Bimba Kemukiman Kuta Simpang - PIDIE JAYA

Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan

13 Maret 2018

BAITUL ASYI (Rumah Orang Aceh)

Tidak ada komentar :




Beberapa bangunan yang berdiri di atas tanah hibah milik milyarder Aceh untuk Masyarakat Aceh yang beribadah ke Tanah Suci di Arab Saudi, dan ingin direbut dan diambil alih oleh Indonesia. Semoga Allah menjaganya agar selalu milik Aceh

02 Maret 2018

TERAPI KESEHATAN

Tidak ada komentar :

*Al Qur'an Pengobatan Semua Penyakit Medis dan Non Medis, Terapi Ruqyah Syar'iyyah*

*1.Terapi Membuang penyakit .*
pegang dada kiri bacakan:
Al Anbiya ayat 83  (7x)
Jika mual dan ingin muntah itu reaksi pengeluaran.

*2.Terapi Migrain.*
pegang kepala yg sakit bacakan :
surat al fatihah  7x.
Al hasyr ayat 21 ( 3x.)

*3.Terapi untuk segala macam sakit kepala.*
pegang ubun ubun dan bacakan:
At-taubah ayat 14.
Yunus ayat 57.
An Nahl ayat 69.
Al isra ayat 82.
Al fusilat ayat 44.

*4.Trapi penyembuhan mata dan penajaman penglihatan.*
Pegang alis mata dan bacakan surat Qaf ayat :22. (7x.)

*5.Terapi sakit gigi* peganglah pipi dari bagian gigi yang sakit.
Bacakan:
Al Mulk ayat 23 (7x)
Al An'am ayat 13. (7x)

*6.Terapi sakit tengorokan.*
Perbanyaklah membaca al-Qur'an.
Minum madu 2sendok makan pagi dan sore.

*7.Terapi mimisan.*
peganglah batang hidung bacakan surat Hud ayat 44 . (7x.)

*8.Terapi sakit telinga*
letakan tangan ke telinga yg sakit lalu bacakan
Al Hasyr ayat 21 (3x atau lebih)
Ayat Qursi (3x atau lebih)

*9.Terapi Penyakit Kulit.*
Letakan ujung jari pada kulit yg sakit
Bacakan surat al baqoroh ayat 259.
Baca sebanyak 3x.

*10.Terapi panu*
Bacakan surat al baqoroh ayat 266.
7x

*11.Terapi Bisul.*
Sentuh dengan telunjuk dan bacakan surat Thaha ayat 105-107. (7x)

*12.Terapi Penyakit Dada.*
Peganglah dada dan bacakan surat Thaha ayat 25-28.
7x atau lebih sampai ringan.

*13.Terapi nyeri dada.*
Pegang dada dan bacakan surat Al -insyirah fuul dan surat yunus ayat 57.
Sebanyak 7x.

*14.Terapi penyakit. Jantung,Struk,Nyeri Lambung.*
Buatlah air minum boleh air zamzam,air putih ,bacakan surat al fatiha 7x
Ayat Qursi 7x
tiupkan ke air selesai membaca. Minum air setiap hari sebelum makan coba selama satu minggu atau lebih.

*15.Terapi penyakit Hati.*
Letakan tangan kanan pada posisi hati.
Perbanyak istigfar
Bacalah surat Ghafir(Al -mu'min)
7 buah kurma di bacakan surat Al fatihah 7x lalu di makan.
Perbanyak zikir laaillahaillallah.

*16.Terapi Kejang.*
Bacakan surat Al -Quraisy ayat 1-2. (7x)

*17.Terapi sengatan ular dan kala jengking.*
Bacakan surat al ikhlas al annas al falaq.

*18.Terapi Rematik.*
Letakan tangan kanan pada tubuh yang sakit.
Bacakan surat
Ali Imron ayat 145. (3x)
Al Anbiya ayat 30 (7x)

*19.Terapi mempermudah proses kelahiran.*
Buatlah air Ruqyah bacakan surat.
Al fatiha (7x)
An -Naziat ayat 46 (7x)
Al -Ahqof ayat 35. (3x)
Al -Insyiqaq ayat 1-4 sebanyak 7x.
Air diminumkan dan di balurkan ke perut.
Air boleh air tawar dan lebih baik air zamzam.

*20.Terapi Demam.*
Pegang kening dan bacakan
Al fatiha 3x.
Al -Anbiya 69-70. (7x)
Dan buatkan juga air kompres Ruqyah dan ayatnya sama dengan di atas.

*21.Terapi menghilangkan Kesedihan ,kedukaan.*
Baca surat
Al fatihah 7x
Al insyirah 7x
Perbanyak istigfar.
Perbanyak zikir Laillahaillallah.

*22.Terapi insomia/sulit tidur.*
Sebelum tidur jalankan sunnah sebelum tidur.
Baca surat Ghafir dan perbanyak
Zikir laillahaillallah.
Perbanyak mengucap Sholawat kpd Nabi muhammad Shollallahu Alaihi Wassalam
Perbanyak istigfar.

*23.Terapi Penyembuhan Kanker.*
Perbanyak tilawah.
Perbanyak mendengar al qur'an boleh sehari 30 juz atau surat pilihan al baqorah fuul.
Selanjutnya buat Minyak Zaitun Ruqyah dan rebusan daun sirsak Ruqyah.
Ayatnya:
Al fatihah. 7x
Al baqorah. 1-5
Al baqorah 164-165 (3x)
Ayat kursi 
Al Baqarah 255-257 (3x) Al baqorah 285-286. (3x)
Ali Imran ayat 18  (7x)
Ali imron ayat 26-27, (3x)
Al a'raf ayat 54-56.
Al A'raf 117-119  (7X)
Yunus 80-82 (7x)
Thaha 65-69. (7x)
Al mukminun 115-118  (3x)
Al Hasyr ayat 21-24  (7x)
Al ikhlas, al annas ,al falaq 7x
Air gunakan untuk minum dan mandi.
Minyak Zaitun untuk di balur.
Lakukan selama 14/30 hari insya Allah sembuh.

Silahkan di amalkan dan bagikan ke saudara/i yg dianggap perlu. Dan bagi saudara/i yang sakit sudah lama dan sudah ikhtiar namun belum kunjung Allah swt sembuhkan...

Semoga Allah SWT izinkan kesembuhan, dan semoga bermanfaat. Aamiin Yarabbal'alamin

18 Februari 2018

PESERTA PEMILU 2019

Tidak ada komentar :

1. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

2. Partai Gerindra

3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan

4. Partai Golongan Karya (Golkar)

5. Partai Nasdem

6. Partai Garuda

7. Partai Berkarya

8. Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

9. Partai Perindo

10. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

11. Partai Solidaritas Indonesia (PSI)

12. Partai Amanat Nasional (PAN)

13. Partai Hanura

14. Partai Demokrat

15. Partai Aceh (PA)

16. Partai Suara Indenpenden Rakyat Aceh (Partai SIRA)

17. Partai Daerah Aceh (PDA)

18. Partai Nangroe Aceh (PNA)

23 Januari 2018

GURITA, JASAMU TERKENANG

Tidak ada komentar :
Dolles Marsael (Laot Ie Mata-Lagu Aceh) dan Junaida (Lambaian Terakhir-Lagu Melayu) mengabadikan namamu dalam syairnya.
KM Gurita adalah kapal feri yang tenggelam antara 5 - 6 mil laut dari Perairan Teluk Balohan, Kota Sabang, Aceh, yang terjadi pada tanggal 19 Januari 1996. KM Gurita merupakan alat transportasi utama yang menghubungkan Pelabuhan Malahayati, Banda Aceh dan Sabang. Berdasarkan data yang dihimpun, 40 orang dinyatakan selamat, 54 orang ditemukan meninggal, dan 284 orang dinyatakan hilang bersama-sama dengan KM Gurita yang tidak berhasil di angkat dari dasar laut.

Kapal ini berangkat dari Pelabuhan Malahayati, Kruang Raya Aceh Besar, pukul 18.45 WIB menuju kota Sabang tanggal 19 Januari 1996. Menurut rencana, kapal tersebut seharusnya tiba di Pelabuhan Balohan pukul 21.00 WIB. Kapal ini menurut penuturan saksi mata yang menyaksikan keberangkatan kapal, melihat kapal memang kelebihan sekaligus sarat muatan, karena kapal yang memiliki kapasitas 210 orang, ternyata disesaki hingga mencapai 378 orang (282 orang warga Sabang, 200-an warga luar Sabang, serta 16 Warga Negara Asing), itupun diperparah dengan muatan barang yang mencapai 50 ton, meliputi 10 ton semen, 8 ton bahan bakar, 15 ton tiang beton listrik, bahan sandang-pangan kebutuhan masyarakat Sabang serta 12 kendaraan roda empat dan 16 roda dua. Kejadian itu terjadi tiga hari sebelum pelaksanaan ibadah puasa, yaitu 22 Januari 1996. Jum'at sore itu ramai sekali penumpang yang hendak berangkat ke Sabang dengan Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Gurita yang bersandar di Dermaga Pelabuhan Malahayati, Aceh Besar. Tidak ada yang aneh ketika sejumlah penumpang bergerak memasuki kapal yang tergolong tua tersebut. Hanya muatan yang penuh sesak dan seakan ini sudah menjadi kelaziman. Jadwal pelayaran pada Jumat sore, 19 Januari 1996 itu bertambah padat karena menyambut masuknya bulan suci Ramadhan yang jatuh pada 22 Januari 1996. Dalam tradisi masyarakat Aceh, satu atau dua hari menjelang Ramadhan adalah meugang, di mana pada saat-saat itulah semua anggota keluarga sedapat mungkin bisa berkumpul. Saksi mata yang tak jadi berangkat dengan KMP Gurita karena melihat kondisi kapal yang sarat penumpang mengakui, pada saat meninggalkan Pelabuhan Malahayati, kapal yang naas tersebut sarat penumpang dan barang.

Di kegelapan malam yang mencekam itu, KM Gurita mengalami gangguan cuaca dan angin kencang dari arah timur. Terjadinya gangguan, ditambah muatan yang melebihi kapasitas, mengakibatkan kapal tersebut menjadi oleng. Nakhoda tak dapat menguasai kapal yang oleng ke kiri dan ke kanan. Saksi mata mengatakan pada pukul 20:15 WIB, kapal penyeberangan itu masih terlihat dari pelabuhan Balohan. Sanak keluarga yang datang menjemput tak memperkirakan kapal tersebut sedang mengalami gangguan dan tengah berjuang melawan badai. Lampu masih terlihat jelas dari KM Gurita. Namun sekitar pukul 20:30 WIB, kapal penyeberangan itu sudah tidak terlihat lagi. Sampai saat itu, belum ada satu pun pejabat di pelabuhan Sabang yang menyatakan kapal mengalami musibah. Pencarian terus dilakukan. hubungan dengan kapal terputus. Tak ada tanda-tanda apa pun yang bisa diterima dari kapal feri itu. Kepastian musibah baru diketahui empat jam setelah kejadian, yakni pada saat salah seorang penduduk Pasiran, Kota Bawah Timur, Syahril (22 tahun) penumpang KM Gurita mampu berenang mengarungi lautan dengan ombak yang ganas dan terdampar di Teluk Keuneukai. Kabar yang di bawa Syahril itulah yang memastikan bahwa KM Gurita tenggelam di dekat teluk Balohan. sejak saat itu, masyarakat di Pelabuhan Sabang, menjadi gelisah. Sebagian masih tetap tabah menanti kedatangan keluarganya, tetapi sebagian lagi mulai mencari daftar penumpang.

Dari penuturan Syahril yang mengatakan kapal tenggelam itulah, disimpulkan bahwa hasil penyelidikan final Tim Pencari Fakta yang bekerja selama sebulan menyatakan, jumlah penumpang yang ada di KM Gurita ternyata 378 orang. Jumlah orang itu diperoleh setelah seluruh data masuk dari masing-masing daerah. Dari jumlah itu, terbanyak berasal dari Sabang, mencapai 282 orang dan 16 warga negara asing (WNA). Sebenarnya, sejak beberapa tahun lalu masyarakat di Aceh, khususnya di pulau Sabang, sudah memperkirakan bakal terjadi musibah atas KM Gurita. Perkiraan itu setelah melihat kondisi feri penyeberangan tersebut yang sering batuk-batuk dan tak layak untuk berlayar lagi. Namun, karena terbatasnya armada angkutan, Ditjen Perhubungan Darat dalam hal ini PT ASDP (Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan) terus mengoperasikan secara reguler kapal tua yang dibuat tahun 1970 di galangan kapal Bina Simpaku, Tokyo, Jepang tersebut.

Musibah yang menimpa KM Gurita tak terlepas dari kealpaan sejumlah pejabat perhubungan di Aceh. Dari hasil penyelidikan yang dilakukan Polda Aceh, ada enam pejabat di lingkungan Kantor Wilayah (Kanwil) Perhubungan Aceh yang dinyatakan resmi sebagai tersangka kasus tenggelamnya KMP Gurita. Berkas perkara keenam tersangka itu telah dilimpahkan Polda Aceh Kejaksaan Tinggi dan terakhir, Kejati juga telah menyerahkan berkas perkaranya ke pengadilan negeri di Banda Aceh. "Kita sudah proses semua tersangka, tampaknya mereka dapat dikenakan pasal-pasal yang memberatkan," ujar Kapolda. Keenam pejabat yang dinyatakan sebagai tersangka tenggelamnya KMP Gurita itu adalah, AK (Kepala Cabang PT ASDP Banda Aceh), Drs. Yus (Syahbandar), IH (Kepala Bagian Operasi PT ASDP Banda Aceh) dan tiga pejabat di Bagian Administrator Pelabuhan (Adpel) Malahayati yakni AS,KD dan BMA. Menurut Kapolda waktu itu, walau mereka sudah dinyatakan sebagai tersangka, namun belum dilakukan penahanan. karena diyakini, keenam tersangka tidak akan melarikan diri, tidak menghilangkan barang bukti dan tidak pula mengulangi perbuatannya, atas dasar itulah mereka tidak ditahan,” ujar Kapolda. Keenam tersangka itu dipersalahkan melanggar pasal 263, 338, 359 KUHP serta undang-Undang Nomor 21/1992 tentang pelayaran. Pasal 263 KUHP dikenakan kepada para tersangka, karena para tersangka sengaja memalsukan sejumlah dokumen mengenai pelayaran KMP Gurita, sehingga terjadi musibah yang menewaskan ratusan orang itu. pada pasal 359 KUHP disebutkan, karena kelalaian mereka menyebabkan hilangnya nyawa orang lain. Sedangkan pasal 338 KUHP,karena perbuatan tersangka itu dianggap sebagai pembunuhan, begitu juga Undang-Undang Nomor 21/1992 yang bisa mengancam mereka dengan hukuman lebih dari lima tahun penjara. Semua tuduhan itu mutlak diberlakukan kepada mereka. Dalam penyelidikan kasus yang menarik perhatian masyarakat di tanah air itu, Polda Aceh telah meminta sedikitnya keterangan 60 orang saksi, baik yang ada di Sabang maupun di Banda Aceh dan kabupaten Aceh Besar. (SUMBER: Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas)

PANGLIMA TINGGI YANG DISEGANI DAN DISENANGI

Tidak ada komentar :
Dalam sejarah perjuangan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), sosok Teungku Abdullah Safi'i sangat dikenal. Ia adalah Panglima GAM yang kharismatik dan disegani. Lebih dari itu, Teungku Lah, begitu ia sering disapa adalah juga sosok yang ramah dan santun serta konsisten di garis perjuangan GAM.

Namun di balik sosoknya yang bersahaja dan dicintai rakyat, kisah perjuangan dan hidup Teungku Lah berakhir dengan tragis. Beliau gugur bersama istrinya Cut Fatimah dan dua pengawal setianya dalam pertempuran dengan pasukan TNI di hutan Jim-jim, Pidie Jaya, 22 Januari 2002. Saat ini genap 16 tahun sang panglima meninggal dunia. Kepergiannya ditangisi rakyat dan GAM menyatakan berkabung selama 44 hari kala itu.

 Dari berbagai sumber terkumpulkan berbagai pendapat tentang masa hidup sang Panglima Besar Tgk. Abdullah Syafi'i, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Panglima Gerakan Aceh Merdeka
Teungku Abdullah Syafi’i, lebih dikenal dengan nama Teungku Lah lahir di Bireuen, Aceh, 12 Oktober 1947. Ia syahid pada umur 54 tahun dalam sebuah pertempuran dengan TNI, dan merupakan tokoh pejuang GAM yang kharismatik dan disegani. Teungku Lah menjabat sebagai Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) saat gugur di medan tempur. 

2. Sosok yang Ramah, Humanis dan Santun
Teungku Lah adalah sosok bersahaja, ramah dan humanis. Ia juga dikenal sosok sederhana dan taat beribadah. Dia pun tidak bicara sembarangan. Sifatnya yang santun membuat orang tidak pernah marah kepadanya dan bila ia berbicara berisi nasihat dan bijaksana.

3. Menyampaikan Wasiat Sebelum Syahid
Teungku Lah adalah sosok pejuang dan Panglima GAM yang amat disegani. Ia juga dikenal dengan sosok yang ikhlas berjuang di garis terdepan tentara GAM.

“…jika pada suatu hari nanti Anda mendengar berita bahwa saya telah syahid, janganlah saudara merasa sedih dan patah semangat. Sebab saya selalu bermunajat kepada Allah SWT agar mensyahidkan saya apabila kemerdekaan Aceh telah sangat dekat. Saya tak ingin memperoleh kedudukan apa pun apabila negeri ini (Aceh) merdeka…”

Itulah wasiat terakhir Panglima Gerakan Aceh Merdeka Abdullah Syafi’i yang gugur dalam kontak senjata di kawasan perbukitan Jim-jim, Kecamatan Bandarbaru, Kabupaten Pidie (sekarang Pidie Jaya) pada 22 Januari 2002. Wasiat yang dibuat sebulan sebelum ia syahid itu seolah sebuah pertanda bahwa perjuangannya akan berakhir.

4. Bukan Lulusan Militer GAM
Teungku Lah dikenal sangat santun dan bersahaja. Di mata aktivis GAM, ia adalah sosok yang humanis dan anti kekerasan. Tengku Lah memang tak pernah dibesarkan dalam dunia kekerasan. Ia juga tak pernah mendapat pendidikan tempur di Libya, seperti yang diperoleh Muzakir Manaf yang kemudian menggantikannya sebagai Panglima GAM setelah Teungku Lah gugur. Pendidikan terakhirnya hanya di Madrasah Aliyah Negeri Peusangan. Itu pun hanya sampai kelas tiga. Setelah itu, ia belajar ilmu agama di sejumlah pesantren. Uniknya, masa muda Abdullah Syafi’i ternyata lebih banyak dihabiskan dalam dunia teater bersama grup Jeumpa.

5. Membuat Heboh karena Ketemu Sekretaris Kabinet dan Artis Cut Keke
Sosok Teungku Lah pernah membuat heboh Jakarta dan elite GAM di Swedia lantaran bisa ditemui Sekretaris Kabinet Bondan Gunawan di era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan artis Cut Keke. Pertemuan itu berlangsung di tengah hutan dalam suasana yang penuh dengan keakraban. Bagi Teungku Lah pertemuan itu dianggap sebagai pertemuan silaturahmi.

6. Pernah Diberitakan Sekarat Terkena Tembakan
TNI pernah mengklaim bahwa telah menembak Teungku Lah hingga sekarat. Pada Maret 2000, Teungku Lah dengan santai malah mengundang reporter SCTV Jufri Alkatiri dan Yahdi Jamhur untuk sebuah wawancara di tengah hutan Pasee. Dalam kesempatan itu, Tengku Lah juga mengundang wartawan Kompas Maruli Tobing untuk melihat kondisinya yang saat itu ternyata dalam kondisi sehat walafiat.

7. Syahid dalam Perang Bersama Istri yang Sedang Mengandung 6 Bulan
Akhir perjuangan Teungku Lah begitu dramatis. Ia syahid bersama Cut Fatimah, istrinya yang sedang mengandung enam bulan dan dua pengawalnya. Teungku Abdullah Syafi'i meninggal setelah tertembak dalam sebuah pertempuran di hutan Jim-jim, Pidie Jaya, 22 Januari 2002. Namun, jenazahnya tak langsung dievakuasi. Untuk memastikan yang tertembak adalah orang nomor satu dalam tubuh militer GAM, Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan Brigjen TNI Djali Yusuf waktu itu berangkat ke lokasi menggunakan helikopter.Keesokan harinya, 23 Januari 2002, barulah dipastikan yang tertembak itu adalah Teungku Abdullah Syafi'i. Selain itu juga ada dua pengawal setianya yang ikut gugur dalam pertempuran.

8. Kepergiannya Ditangisi Rakyat
Pada malam menjelang subuh 25 Januari 2002, isak tangis dan selawat bergema di Desa Cubo, Kecamatan Bandar Baru, Pidie Jaya.Jenazah Panglima Angkatan Gerakan Aceh Merdeka (AGAM) Teungku Abdullah Syafi'i bersama istrinya Cut Fatimah dan dua pengawal setianya Teungku Daud Hasyim dan Teungku Muhammad Ishak dimakamkan. Mereka gugur akibat kontak senjata antara GAM dan TNI tiga hari sebelumnya, di Desa Sarah Panyang Jim-jim, sekitar empat kilometer dari Blang Sukon. Masyarakat mengenang Abdullah Syafi’i sebagai sosok ramah dan bersahaja. Tiga warga desa sempat pingsan karena tak kuasa menahan haru.

9. Makamnya Sering Didatangi Peziarah
Setelah damai Aceh bersemi pada 15 Agustus 2005, makam Teungku Lah ramai dikunjungi peziarah. Mulai dari masyarakat biasa hingga mantan petinggi GAM. Bahkan, Wali Nanggroe Tengku Hasan Tiro pun sempat menziarahinya saat kembali ke Aceh pada Oktober 2008. Makam Tengku Lah dibangun dengan sederhana dan hanya dikelilingi teralis besi. Abdullah Syafi'i dimakamkan di Cubo, Kecamatan Bandar Baru, Pidie Jaya pada 25 Januari 2002.

10. Sering Memasak Untuk Pasukannya
Pada satu waktu di bulan puasa Januari 2002, Teungku Lah bangun memasak nasi untuk sahur. Sementara pasukannya sedang terlelap. Ketika masakan telah siap, barulah Teungku Lah membangunkan pasukannya untuk sahur. Saat dalam bergerilya menjelajah hutan bersama pasukannya, terkadang didapati hidupnya sekarat dan serba kekurangan dan ketiadaan stok makanan. Namun Teungku Lah tetap lebih memilih bersusah payah mencari sendiri apa yang bisa dimakan tanpa menyusahkan anak buahnya.

11. Kalimat Terakhir saat Ajal Menjemput
“Nyoe ka troh nyang lon lakee, ka troh watee nyang lon preh-preh (kini sudah tiba waktunya yang saya tunggu-tunggu),” kata Teungku Lah kepada pengawalnya Jalaluddin setelah ia tertembak dalam pertempuran bersama istrinya Cut Fatimah. Kalimat itu mengiringi kepergian panglima yang sangat dihormati dan kharismatik itu syahid di medan pertempuran.

16 tahun sudah Sang PANGLIMA pergi, tidak ada yang dapat menggantikan cara Panglima memimpin, walaupun jabatan Panglima diduduki oleh pengganti. Semoga Amal Ibadah Panglima selalu disisi Allah dan menjadi penghuni Surga. Amin........Ya Rabbal Alamin..................

ADVERTISEMENT
Pendidikan terakhirnya hanya di Madrasah Aliyah Negeri Peusangan. Itu pun hanya sampai kelas tiga. Setelah itu, ia belajar ilmu agama di sejumlah pesantren.Uniknya, masa muda Abdullah Syafi’i ternyata lebih banyak dihabiskan dalam dunia teater bersama grup Jeumpa.

04 September 2017

Lowongan Kerja 2017

Tidak ada komentar :

INFO LOWONGAN
Dibutuhkan segera staf yang kompeten untuk bekerja dalam bidang perencanaan wilayah dan kota  pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang.

Syarat-syarat yang dibutuhkan :
1. S1/S2 Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota (Planologi)/Geografi dari universitas terakreditasi A
2. Memiliki pengalaman dalam menyusun rencana tata ruang
3. Menguasai analisis dasar dalam menyusun rencana tata ruang
4. Mahir dalam menggunakan program GIS
5. Mampu bekerja dalam tim
6. Full time
7. Diutamakan bagi yang berdomisili Jakarta/ Jabodetabek

Bagi yang berminat dapat segera mengirimkan :
- CV
- scan ijazah
- scan transkrip nilai
- scan KTP

Melalui email :  ksnwilayah1@gmail.com (WAJIB mengisi subject: TA KSN1 2017)
paling lambat Minggu, 10 September 2017.

Bagi peserta yang lolos seleksi administrasi akan dihubungi paling lambat 15 September 2017.
Mohon dapat mencantumkan nomor kontak yang dapat dihubungi (email/no hp)

Cp: Astiti (081915520494)/
       Candra (08568843409)

04 Agustus 2017

Daftar Lowongan Kerja CPNS dan BUMN Agustus 2017

Tidak ada komentar :
Daftar Lowongan Kerja CPNS dan BUMN Agustus 2017
=============================
Pendaftaran CPNS Kemenkumham & MA
Info: http://bit.ly/karirglobal74
Formasi CPNS Kementerian Hukum dan HAM
Info: http://bit.ly/2tGPoMJ
Formasi CPNS Mahkamah Agung RI
Info: http://bit.ly/2tLiJnl
Formasi CPNS Kementerian Agama
Info: http://bit.ly/karirglobal5
Formasi CPNS Dosen
Info: http://bit.ly/karirglobal88
Lowongan Kerja Bank BNI
Deadline: 6 Agustus 2017
Info: http://bit.ly/karirglobal87
Lowongan Reska Multi Usaha (PT KAI)
Deadline: 9 Agustus 2017
Info: http://bit.ly/karirglobal85
Lowongan BUMN PT Brantas Abipraya
Deadline: 22 Agustus 2017
Info: http://bit.ly/karirglobal83
Lowongan BUMN PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia
Deadline: 11 Agustus 2017
Info: http://bit.ly/karirglobal81
Lowongan Anak Perusahaan BUMN PT INKA
Deadline: 10 Agustus 2017
Info: http://bit.ly/karirglobal80
Beasiswa Pusbindiklatren Bappenas
Deadline: 9 September 2017
Info: http://bit.ly/karirglobal78
Lowongan Fasilitator BPBD Pidie Aceh
Deadline: 07 Agustus 2017
Info: http://bit.ly/karirglobal73
Lowongan BUMN PT Tugu Pratama Indonesia (TPI)
Deadline: 31 Juli dan 11 Agustus 2017
Info: http://bit.ly/karirglobal68
Lowongan Lulusan Baru BRI Agro
Deadline: 7 Agustus 2017
Info: http://bit.ly/karirglobal67
Lowongan BUMN PT PP Properti
Info: http://bit.ly/karirglobal66
Lowongan PT Pertamina (Persero)
Deadline: 9 Agustus 2017
Info: http://bit.ly/karirglobal63
Beasiswa S1 Pemerintah Aceh
Deadline: 15 September 2017
Info: http://bit.ly/karirglobal61
Lowongan Non PNS LKPP
Deadline: 1 September 2017
Info: http://bit.ly/karirglobal60
Lowongan BUMN PT Telkom Indonesia
Deadline: 07 Agustus 2017
Info: http://bit.ly/karirglobal59
Lowongan BUMD TRANSJAKARTA
Info: http://bit.ly/karirglobal58
Lowongan Bank BNI Semua Jurusan
Deadline: 23 Agustus 2017
Info: http://bit.ly/karirglobal55
Beasiswa S1 & S2 Pemerintah Aceh
Deadline 7 agustus 2017
Info: http://bit.ly/karirglobal54
Lowongan BUMN PT. Bahana Sekuritas
Info: http://bit.ly/karirglobal47
Lowongan S1/S2 BUMN PT Hutama Karya (HK)
Deadline: 4 Agustus 2017
Info: bit.ly/karirglobal42
Lowongan Indonesia Mengajar
Deadline: 7 Agustus 2017
Info: bit.ly/karirglobal38
Lowongan BUMN Bank Mandiri
Info: bit.ly/karirglobal29
Lowongan BUMN PT Wijaya Karya
Deadline: 16 Agustus 2017
Info: http://bit.ly/karirglobal7
Lowongan BNI Syariah
Info: http://bit.ly/karirglobal9
Lowongan BUMN PT Waskita Beton Precast
Deadline: 9 Agustus 2017
Info: http://bit.ly/karirglobal13
Lowongan BUMN PT Pelabuhan Indonesia IV (Pelindo IV)
Deadline: 10 Agustus 2017
Info: http://bit.ly/karirglobal14
Lowongan Telkomsel Next Gen Program
Info: http://bit.ly/2tOqBXh
Lowongan BUMN PT Nindya Karya (Persero)
Info: http://bit.ly/2tTdoNQ
Lowongan BUMD PT Mass Rapid Transit Jakarta (PT MRT Jakarta)
Deadline: 31 Agustus 2017
Info: http://bit.ly/2sUuHOB
Tolong dishare ya, mungkin ada kerabat dan saudara kamu yang lagi mencari kerja. Terima kasih.

16 April 2016

ANTARA ACEH DAN BELANDA, SUDAHKAH BERAKHIR?

Tidak ada komentar :
Hubungan antara Belanda dengan Aceh sudahkah berakhir? Pertanyaan itu selalu teringat diasaat teringat dengan masa penjajahan belanda ke Indonesia. Sebagai masyarakat Aceh, itu patut saya sanggah mengingat para pendahulu masyarakat Aceh saat itu memperjuangan tanah Aceh dengan pertumpahan darah dan mengorbankan jiwa dan harata bendanya demi kemakmuran anak cucunya dimasa sekarang.

Rabu, 26 Maret 1873, di atas kapal Citadel van Antwerpen, Kerjaan Belanda menyatakan maklumat perang dengan Kerajaan Aceh. Setalah itu serangan besar-besaran dilakukan ke daratan Aceh. Belanda gagal total, Panglima Perang Belanda, JHR Kohler tewas. Berita yang berkaitan dengan Aceh dan Belanda selalu saya baca, baik melalui media online maupun buku-buku yang pernah dikeluarkan di Indonesia. Berikut ini adalah beberapa dari sekian banyak hasil bacaan saya dari berbagai sumber yang saya kumpulkan.

26 Maret 1873 : Belanda Nyatakan Perang Dengan Aceh

Perang Aceh – Belanda atau disingkat dengan Perang Aceh adalah perang Kesultanan Aceh melawan Belanda dimulai pada 1873 hingga 1904. Kesultanan Aceh menyerah pada januari 1904, tapi perlawanan rakyat Aceh dengan perang gerilya terus berlanjut. Belanda menyatakan Perang terhada Aceh setelah menerima surat balasan dari Sultan Kerajaan Aceh Darussalam. Sultan memutuskan bahwa Aceh tidak akan tunduk kepada ancaman Belanda dan setiap serangan akan dibalas dengan serangan pula. Segenap lapisan rakyat diserukan untuk ikut serta dalam perjuangan mempertahankan kehormatan dan kedaulatan kerajaan Aceh dari setiap serangan dan ancaman musuh. Sultan bertitah: “Udep merdeka, mate syahid. Langet sihet awan peutimang, bumoe reunggang ujeuen peurata. Salah narit peudeueng peuteupat, salah seunambat teupuro dumna.” (Hidup merdeka, mati syahid. Lengit miring awan meluruskan, bumi retak hujan ratakan/menutupi retak. Salah basaha pedang yang luruskan, salah tutup tumpah semua.). Itulah wasiat sang Sultan kepada rakyat Aceh masa itu.


Pada tanggal 26 Maret 1873 Belanda menyatakan perang kepada Aceh, dan mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Citadel van Antwerpen. Pada 5 April 1873, Belanda mendarat di Pante Ceureumen di bawah pimpinan Jendral Mayor Johan Harmen Rudolf Köhler (J.H.R. Köler), dan langsung bisa menguasai Masjid Raya Baiturrahman. Köhler saat itu membawa 3.198 tentara. Sebanyak 168 di antaranya para perwira.


Akibat dari Perjanjian Siak 1858, Sultan Ismail menyerahkan wilayah Deli, Langkat, Asahan dan Serdang kepada Belanda, padahal daerah-daerah itu sejak Sultan Iskandar Muda, berada di bawah kekuasaan Aceh. Belanda melanggar perjanjian Siak, maka berakhirlah perjanjian London tahun 1824. Isi perjanjian London adalah Belanda dan Britania Raya membuat ketentuan tentang batas-batas kekuasaan kedua daerah di Asia Tenggara yaitu dengan garis lintang Singapura. Keduanya mengakui kedaulatan Aceh. Aceh menuduh Belanda tidak menepati janjinya, sehingga kapal-kapal Belanda yang lewat perairan Aceh ditenggelamkan oleh pasukan Aceh. Perbuatan Aceh ini didukung Britania.


Dengan dibukanya Terusan Suez oleh Ferdinand de Lesseps menyebabkan perairan Aceh menjadi sangat penting untuk lalu lintas perdagangan. Ditandatanganinya Perjanjian London 1871 antara Inggris dan Belanda, yang isinya, Britania memberikan keleluasaan kepada Belanda untuk mengambil tindakan di Aceh. Belanda harus menjaga keamanan lalulintas di Selat Malaka. Belanda mengizinkan Britania bebas berdagang di Siak dan menyerahkan daerahnya di Guyana Barat kepada Britania.


Akibat perjanjian Sumatera 1871, Aceh mengadakan hubungan diplomatik dengan Konsul Amerika Serikat, Kerajaan Italia dan Kesultanan Usmaniyah di Singapura. Aceh juga mengirimkan utusan ke Turki Usmani pada tahun 1871. Akibat upaya diplomatik Aceh tersebut, Belanda menjadikannya sebagai alasan untuk menyerang Aceh. Wakil Presiden Dewan Hindia Frederik Nicolaas Nieuwenhuijzen dengan 2 kapal perangnya datang ke Aceh dan meminta keterangan dari Sultan Machmud Syah tentang apa yang sudah dibicarakan di Singapura itu, tetapi Sultan Machmud menolak untuk memberikan keterangan.


Perang Aceh Pertama (1873-1874) dipimpin oleh Panglima Polem dan Sultan Mahmud Syah melawan Belanda yang dipimpin Köhler. Köhler dengan 3000 serdadunya dapat dipatahkan, dimana Köhler sendiri tewas pada tanggal 14 April 1873. Sepuluh hari kemudian, perang berkecamuk di mana-mana. Yang paling besar saat merebut kembali Masjid Raya Baiturrahman, yang dibantu oleh beberapa kelompok pasukan. Ada di Peukan Aceh, Lambhuk, Lampu’uk, Peukan Bada, sampai Lambada, Krueng Raya. Beberapa ribu orang juga berdatangan dari Teunom, Pidie, Peusangan, dan beberapa wilayah lain.


Perang Aceh Kedua (1874-1880). Pasukan Belanda dipimpin oleh Jenderal Jan van Swieten. Belanda berhasil menduduki Keraton Sultan, 26 Januari 1874, dan dijadikan sebagai pusat pertahanan Belanda. Pada 31 Januari 1874 Jenderal Van Swieten mengumumkan bahwa seluruh Aceh jadi bagian dari Kerajaan Belanda. Ketika Sultan Machmud Syah wafat 26 Januari 1874, digantikan oleh Tuanku Muhammad Dawood yang dinobatkan sebagai Sultan di masjid Indrapuri. Perang pertama dan kedua ini adalah perang total dan frontal, dimana pemerintah masih berjalan mapan, meskipun ibu kota negara berpindah-pindah ke Keumala Dalam, Indrapuri, dan tempat-tempat lain.


Perang ketiga (1881-1896), perang dilanjutkan secara gerilya dan dikobarkan perang fi sabilillah. Dimana sistem perang gerilya ini dilangsungkan sampai tahun 1903. Dalam perang gerilya ini pasukan Aceh di bawah Teuku Umar bersama Panglima Polim dan Sultan. Pada tahun 1899 ketika terjadi serangan mendadak dari pihak Van der Dussen di Meulaboh, Teuku Umar gugur. Tetapi Cut Nyak Dhien istri Teuku Umar kemudian tampil menjadi komandan perang gerilya.


Perang keempat (1896-1910) adalah perang gerilya kelompok dan perorangan dengan perlawanan, penyerbuan, penghadangan dan pembunuhan tanpa komando dari pusat pemerintahan Kesultanan.


Taktik perang gerilya Aceh ditiru oleh Van Heutz, dimana dibentuk pasukan maréchaussée yang dipimpin oleh Hans Christoffel dengan pasukan Colone Macan yang telah mampu dan menguasai pegunungan-pegunungan, hutan-hutan rimba raya Aceh untuk mencari dan mengejar gerilyawan-gerilyawan Aceh.


Taktik berikutnya yang dilakukan Belanda adalah dengan cara penculikan anggota keluarga gerilyawan Aceh. Misalnya Christoffel menculik permaisuri Sultan dan Tengku Putroe (1902). Van der Maaten menawan putera Sultan Tuanku Ibrahim. Akibatnya, Sultan menyerah pada tanggal 5 Januari 1902 ke Sigli dan berdamai. Van der Maaten dengan diam-diam menyergap Tangse kembali, Panglima Polim dapat meloloskan diri, tetapi sebagai gantinya ditangkap putera Panglima Polim, Cut Po Radeu saudara perempuannya dan beberapa keluarga terdekatnya. Akibatnya Panglima Polim meletakkan senjata dan menyerah ke Lhokseumawe pada Desember 1903. Setelah Panglima Polim menyerah, banyak penghulu-penghulu rakyat yang menyerah mengikuti jejak Panglima Polim.


Taktik selanjutnya, pembersihan dengan cara membunuh rakyat Aceh yang dilakukan di bawah pimpinan Gotfried Coenraad Ernst van Daalen yang menggantikan Van Heutz. Seperti pembunuhan di Kuta Reh (14 Juni 1904) dimana 2.922 orang dibunuhnya, yang terdiri dari 1.773 laki-laki dan 1.149 perempuan.


Taktik terakhir menangkap Cut Nyak Dhien istri Teuku Umar yang masih melakukan perlawanan secara gerilya, dimana akhirnya Cut Nya Dien dapat ditangkap dan diasingkan ke Sumedang.

15 April 2016

SEJARAH YANG HILANG, LEH HO....KA

Tidak ada komentar :


Daerah Aceh merupakan Modal utama dalam perjuangan kemerdekaann Republik Indonesia, karena tidak pernah dikuasai oleh musuh dan masih utuh sepenuhnya. Aceh merupakan juga daerah yang selalu menyumbang atau selalu memberi bantuan kepada Republik Indonesia; baik berupa senjata, makanan, dan pakaian untuk membantu perjuangan dalam menegakkan kemerdekaan. Unsur ajaran Islam berupa semangat jihad fisabilillah atau Perang di Jalan Allah sangat berperan dalam perang kemerdekaan Indonesia di Aceh. Hikayat Prang Sabi (Hikayat Perang Sabil), yang mendorong rakyat Aceh melawan Belanda pada Zaman Perang Belanda dahulu, juga bergema kembali pada era perang kemerdekaan Indonesia.
Tanggal 17 Agustus 1945 Republik Indonesia di proklamirkan kemerdekaannya oleh Soekarno Hatta. Pernyataan kemerdekaan itu tidak langsung diterima baik oleh semua pihak, terutama pihak Belanda dengan gigih berusaha untuk kembali menguasai seluruh kepulauan Indonesia. Pertentangan pihak Belanda dengan Indonesia sampai menjelang tahun 1950. mereka menjalankan politik adu domba dan pecah belah diantara rakyat Indonesia dengan maksud dapat menduduki kembali seluruh kepulauan Indonesai.
Dalam upaya menjajah Indonesia kembali, Belanda menyiarkan berita-berita melalui surat kabar dan radio, bahwa kedatangan mereka ke Indonesia bukan untuk berperang dan menjajah, tetapi menjaga keamanan yang diakibatkan oleh perang Dunia II. Selain melalui siaran propaganda, pihak Belanda juga melakukan dua kali agresi bersenjata terhadap Indonesia, yaitu agresi pertama tahun 1947 dan kedua tahun 1948. Akibat serangan itu  dalam waktu relatif singkat hampir seluruh wilayah Indonesia dapat mereka duduki kembali.
Daerah yang belum mereka kuasai satu-satunya adalah Aceh, sehingga Republik Indonesia yang berusia muda itu masih mempunyai modal yang sangat kuat untuk mempertahankan kedaulatan kemerdekaannya. Belanda berkali-kali berusaha menghancurkan perlawanan rakyat Indonesia di daerah Aceh dengan pendaratan pasukannya yang selalu dapat digagalkan. Beberapa kali Belanda melancarkan serangan udara terutama terhadap komando Artileri dilapangan udara Lhok Nga dan beberapa kota lainnya, seperti Ulee Lheue, Sigli, Lhoksumawe, Langsa, Meulaboh dan Tapak Tuan, tetapi dapat di balas rakyat Indonesia di daerah Aceh dengan menggunakan meriam-meriam anti pesawat terbang.
Pasukan marinir Belanda juga selalu berusaha melakukan percobaan pendaratan pada tempat-tempat strategis dan pelabuhan-pelabuhan sepanjang pantai Aceh, seperti Ulee Lheue, Ujong Batee, Krueng Raya, Sigli, Ulee Kareueng, Lhoksumawe, Langsa, Meulaboh, Tapak Tuan dan lain-lain. Armada-armada perang Belanda yang sering beroperasi pada waktu itu, antara lain Jan Van Bukker, Ban Jan Van Gallaen.
Oleh karena kuatnya pertahanan pantai  yang dilengkapi dengan meriam-meriam pantai hasil rampasan dari tentara Jepang serta dilandasi pula oleh semangat rakyat yang bergelora, maka wilayah Aceh terus dapat dipertahankan kemerdekaannya dengan selalu mengagalkan rencana pendaratan Belanda. Untuk mengetahui situasi  di darat, Belanda sering menangkap para nelayan dengan menyeret mereka ke kapal. Rencana Belanda untuk menduduki daerah Aceh tidak pernah terlaksana sampai saat mereka mengakui kemerdekaan Indonesia pada akhir tahun 1949.

GELORA KEMERDEKAAN DI ACEH
Berita  proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tidak segera diketahui di Aceh. Berita baru diketahui secara resmi oleh rakyat Aceh pada tanggal 29 Agustus 1945 setelah  kembalinya Mr. T.M. Hasan dan Dr. M. Amir dari Jakarta. Kedua orang ini mewakili pusat Republik Indonesia untuk seluruh pulau Sumatera.
Akan tetapi desa-desus mengenai berita tersebut jauh sebelumnya telah didengar oleh beberapa orang tokoh Aceh. Mereka belum berani mengumumkannya kepada masyarakat, karena masih merasa takut pada kekejaman tentera Jepang..
Setelah diketahui secara resmi tentang kekalahan Jepang dan kemerdekaan Indonesia, atas keberanian para pemuda Aceh terus mengadakan kampaye kepada rakyat untuk menyiarkan berita tersebut. Melalui usaha para pemuda pula yang dengan  beraninya mencetak berita-berita itu pada percetakan “Semangat Merdeka” serta kemudian disebarkan kepada masyarakat dengan sangat hati-hati, karena pada masa itu Jepang masih menguasai semua instansi pemerintahan.
Para pemuda melaksanakan pengambilan beberapa instansi pemerintahan Jepang seperti Kantor Percetakan “ Atjeh Shimbun”, Pemancar Radio Jepang “Hodoka” Kantor Berita Jepang “Domei” dan instansi-instansi lainnya; yang diperlukan bagi memperlancar pembentukan pemerintahan Republik Indonesia. Surat kabar “Semangat Merdeka” diterbitkan 14 Oktober 1945 oleh para pemuda untuk menyebarluaskan berita-berita proklamasi dengan cara menempel di tembok-tembok, di rumah-rumah, di toko-toko, di kantor dan sebagainya.
Pihak Sekutu yang menang perang terhadap Jepang tidak berapa lama kemudian mendarat di Indonesia dengan membonceng tentara Belanda dan NICA (Netherlands Indies Civil Administation) di belakangnya. Sebelum melakukan pendaratan, Jenderal Sir Philip Christison yang memimpin pasukan Sekutu pada tanggal 25 September 1945 menyiarkan dari Singapura melalui radio dan wawancara Pers bahwa tentara Sekutu yang mendarat di Jawa dan Sumatera tidak membawa serdadu-serdadu Belanda dan NICA. Bendera merah putih boleh di kibarkan terus dan organisasi di bawah pimpinan Soekarno tidak dilucuti senjatanya.
Jenderal Sir Philip Christison menegaskan pula, bahwa hanya ada tiga tugas dari kedatangan tentara Sekutu di Indonesia, yaitu melucuti senjata Jepang, mengembalikan orang tawanan dan tahanan Jepang; serta menjaga keamanan. Propaganda yang disiarkan oleh Christison ini berlainan sekali dengan kenyataannya. Setelah tentara Sekutu mendarat di Indonesia.mereka mengadakan tindakan-tindakan seperti merampas toko-toko, kantor-kantor pemerintah. Sekutu memperkuat pula kedudukannya di beberapa kota di Indonesia, serta melakukan kekacauan di kota-kota yang menimbulkan insiden-insiden kecil yang kemudian berubah menjadi pertempuran secara besar-besaran.
Daerah Aceh yang merupakan bagian dari wilayah Republik Indonesia, agak berbeda  dari daerah-daerah lainnya dalam mempertahankan kedaulatan negara Indonesia.. Selama berkecamuknya perang kemerdekaan, Aceh tetap dapat mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia secara keseluruhan.
Aceh di juluki sebagai Daerah Modal, bukan saja dari kekuatan-kekuatan rakyat Aceh mempertahankan tanah air, tetapi juga karena di Aceh terdapat alat komunikasi seperti pers dan radio. Dengan adanya pers dan radio mempermudah hubungan antara pemerintah daerah-daerah lain serta antara pemerintah Aceh dengan pemerintah pusat.
Daerah Aceh memang tidak berhasil di kuasai musuh, namun bukan berarti daerah ini tidak pernah di serang oleh tentara Belanda. Mereka sering melakukan serangan baik melalui udara maupun laut seperti didaerah Lhok Nga, Ujong Batee, Ulee Lheue, Lhoksumawe dan beberapa tempat lainya. Namun demikian serangan-serangan Belanda itu selalu dapat dipatahkan oleh angkatan bersenjata daerah Aceh.
Ketidakberhasilan Belanda menguasai Aceh, menyebabkan Aceh menjadi aman dan pemerintah berjalan lancar. Hal ini memberikan kesempatan kepada Aceh untuk memperbaiki dan membangun saluran komunikasi seperti pers dan radio, karena itulah melalui pers  dan  radio pemerintah Aceh dapat memberi bantuan yang pertama-tama ke daerah-daerah lain yang sedang menghadapi tentara Belanda.
Demi  kelancaran perhubungan Aceh dengan daerah-daerah lain di Indonesia, pemerintah daerah Aceh pertama sekali menggunakan media massa Post Telegram Telepon (PTT). Post Telegram Telepon sudah dikenal di Aceh semasa Belanda berkuasa di Aceh. Post Telegram Telepon mempunyai peranan dalam masa perang kemerdekaan Republik Indonesia, karena melalui media ini dapat menyampaikan suatu berita dan menerima berita secara praktis tanpa ada alat perantara.
Keberadaan telegram tersebut membuat daerah Aceh lebih percaya diri dalam rangka membantu bangsanya yang sedang berjuang mati-matian mmpertahankan kemerdekaan Republikm Indonesia. Kemudian pemrintah daerah Aceh mengirim pasukan bersenjata Aceh untuk memperkuat perlawanan terhadap  Belanda yang  penting sekali artinya di daerah lainnya.
Pemancar radio Kutaraja pada mulanya sangat sederhana bentuknya dan keadaannya. Namun demikian peranannya dalam mendorong dan membangkitkan semangat juang rakyat melawan pemerintah Belanda sangat penting sekali artinya di masa revolusi tersebut.
Ketika Belanda melancarkan agresi yang pertama ke seluruh pelosok tanah air Indonesia dan pada hari itu juga yaitu tanggal 21 Juli 1947, lapangan terbang Lhok Nga mendapat serangan dari Angkatan Udara dan Angkatan Laut, yang kemudian di ikuti dengan  beberapa daerah  pantai lainnya. Namun Belanda tetap tidak berhasil menguasai Aceh, sedangkan daerah-daerah diluar Aceh hampir keseluruhan dapat dikuasai mereka. Ketika itu peranan radio Kutaraja semakin bertambah penting kedudukannya sebagai  alat komunikasi.
Disamping radio Kutaraja, angkatan perang atau Gajah Devinisi X atas nama pemerintah daerah Aceh; walau dalam keadaan kritis ini berhasil pula mendirikan sebuah pemancar lagi yang kuat jangkauan siarannya, yaitu di kenal dengan nama Radio Rimba Raya. Melalui radio Kutaraja dan Radio Rimba Raya inilah secara bersama-sama amat  berperan dalam rangka mengorbarkan semangat kepada para prajurit di kantong-kantong gerilya yang sedang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Radio Kutaraja yang pada umumya memberi semangat kepada para pejuang yang berada digaris depan, maupun kepada masyarakat untuk memberi sumbangan untuk pembiayaan perang di sekitar daerah Aceh serta daerah-daerah lain sejauh jangkauan siarnya; dapat di terima dalam wilayah Indonesia.
Dalam suatu revolusi nasional atau dikenal dengan kemerdekaan Indonesia, bahwa faktor ekonomi juga sangat menentukan berhasil atau tidaknya revolusi yang sedang berlangsung. Peranan pers dan radio dalam perang kemerdekaan dibidang ekonomi adalah menyiarkan tentang kebutuhan para pejuang, agar masyarakat dapat membantunya seperti memberi sumbangan makanan, pikiran dan persediaan perlengkapan lainnya.
Pada bulan Juni 1948 Presiden Soekarno dalam kunjungannya ke Aceh, mengundang tokoh-tokoh pejuang, para pengusaha, dan beberapa pemuda untuk berkumpul di Hotel Atjeh. Presiden meminta kepada masyarakat Aceh untuk menyumbangkan dua buah pesawat yang sangat di butuhkan untuk kelancaran perjuangan. Dengan bantuan para saudagar, pemerintah daerah Aceh telah dapat membeli dua buah pesawat pada akhir bulan Oktober 1948 dengan nomor register RI-001. pesawat itu kemudian oleh Presiden Soekarno diberi nama “Seulawah RI-001.” Sementara pesawat satu lagi telah di hadiahkan kepada pemerintah Birma, sebagai tanda terima kasih atas semua fasilitas yang di berikan untuk perwakilan Garuda beroperasi di Birma.

PERAN ACEH DALAM PERANG KEMERDEKAAN RI
 Perjuangan Rakyat Aceh di Medan Area. Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan di Aceh pasukan angkatan perang Aceh tidak hanya berjuang di Aceh saja akan tetapi juga terus-menerus dikirim ke Medan atau pun ke tempat-tempat lain di Sumatera Timur(sekarang:Sumatera Utara). Di sana pasukan Aceh  berjuang di Medan Area dan berbagai medan pertumpuran yang hendak dicaplok musuh. Menghadapi tentara Belanda yang bersenjata mutakhir, panglima tentara RI Mayor Jenderal R. Suharjo Harjowardoyo menumpahkan harapan besar kepada pasukan Aceh.
Dalam sebuah telegramnya, panglima meminta kepada pemimpin rakyat Aceh supaya menyediakan terus kekuatan dari Aceh ke Medan. Pengembalian kota Medan terletak di tangan saudara-saudara segenap penduduk Aceh.
Akibat agresi pertama Belanda ini menyebabkan negara republik Indonesia dihadapkan kepada suatu tantangan besar. Dalam situasi yang krisis itu wakil Presiden Muhammad Hatta mengangkat Tgk. Muhammad Daud Breu-eh menjadi gubernur militer untuk daerah Aceh, Langkat dan Tanah Karo dengan pangkat Jenderal Mayor. Akibat agresi Belanda pertama banyak pasukan dan rakyat Sumatera Timur mengungsi ke Aceh yang masih aman dari tekanan pihak Belanda.
Pada masa Tgk. Muhammad Daud Beureu-eh menjadi Gubernur Militer Daerah Aceh, Langakat dan Tanah Karo; terjadilah agresi Belanda kedua. Pada hari pertama agresi tersebut tanggal 19 Desember 1948 Ibukota Republik Indonesia, Yogyakarta dapat di duduki oleh Belanda, Presiden Soekarno dan Wakil Prsiden Muhammad Hatta beserta beberapa menteri dan beberapa tokoh lainnya dapat ditawan oleh Belanda. Tanggal 19 Desember 1948  pemerintah memberikan kuasa kepada Mr. Syarifuddin Prawiranegara yang ketika itu berada di Bukit Tinggi untuk membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia yang lebih dikenal dengan PDRI, sedangkan di Jawa dibentuk Komisariat Pemerintahan yang terdiri dari Mr. Sukiman. Mr. Susanto Tirtiprodjo.
Dengan agresi Belanda yang kedua dapat dilakatakan, bahwa hampir seluruh wilayah di Sumatera telah berada di bawah kekuasaan Belanda. Satu-satunya daerah yang masih utuh belum dimasuki Belanda adalah Daerah Aceh.
Untuk mengahadapi kekuatan Belanda di Sumatera Timur(Sumatera Utara) dan didasarkan kepada pertimbangan, bahwa lebih baik pasukan  Aceh menyerang Belanda dari pada bertahan di Aceh, Laskar berjumlah 60 orang yang diperbantukan pada batalion TRI Devisi juga dikirimkan ke kesatuan laskar Aceh dari Devisi Tgk. Chik Di Tiro, Divisi Direncong, Devisi Tgk. Chik Paya Bakong dan Tentara Pelajar. Oleh karena semakin hari semakin banyak yang datang ke Medan Area, maka terpaksa dibentuk suatu badan koordinasi yang disebut dengan RIMA (Resimen Istimewa Medan Area) yang terdiri dari 4 batalion yaitu batalion Wiji Alfisah, batalion Altileri Devisi Rencong, Devisi Tgk. Chik Di Tiro, dan Devisi Tgk. Chik Paya Bakong.
Tugas pertama dari pasukan tersebut adalah untuk merebut kembali daerah yang diduduki Belanda. Namun hal  ini kurang berhasil karena kurang terkoordinirnya pasukan  bersenjata Republik Indonesia,  bahkan sering terjadi pasukan komando itu tidak dapat menjalin kerjasama, sehingga tidak dapat menggerakkan suatu serangan yang serentak terhadap Belanda.
Walaupun tugas utamanya tidak berhasil, namun untuk menghalau gerak maju pasukan Belanda ke Aceh cukup berhasil. Ini dapat dilihat karena tidak ada satu daerah pun di Aceh dapat di duduki kembali oleh Belanda.

SUMBANGAN RAKYAT ACEH
Daerah Aceh merupakan daerah yang tidak pernah dikuasai oleh musuh dan merupakan modal utama Republik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaannya. Pernyataan ini didukung kenyataan, bahwa satu-satunya daerah  dalam wilayah Republik Indonesia pada waktu itu yang  tidak pernah diduduki oleh Belanda adalah daerah Aceh. Hal ini pulalah yang dijadikan modal utama utusan Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar (KBM) di Den Haag itu, bahwa Republik Indonesia  masih memiliki wilayah bebas penguasaan Belanda.
Selain itu ucapan Presiden diatas berhubungan dengan berbagai sumbangan yang telah diberikan rakyat Aceh kepada perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya, seperti sumbangan sebuah pesawat. Mengenai antusias rakyat Aceh dalam membantu pembelian pesawat udara ini di ceritakan oleh beberapa informan, bahwa rakyat begitu rela pintu rumah mereka digedor di waktu malam hari untuk menyumbangi sebagian dari emas atau barang lainnya demi untuk negara.
Pesawat yang dibeli dengan sumbangan rakyat Aceh ini diberi nama “Seulawah” yaitu nama sebuah gunung yang terdapat di perbatasan Aceh Besar dan Kabupaten Pidie, dan pesawat ini diberi nimor RI-001.
Bahwa uang yang disumbangkan rakyat Aceh untuk membeli pesawat udara jenis Dakota tersebut cukup untuk dua pesawat. Namun sebuah diantaranya masih merupakan teka-teki, karena menurut kenyataan yang ada hanya sebuah pesawat (RI-001). Menurut A. Hasjmy,  bahwa penyelewengan ini dilakukan di Singapura, tetapi pelakunya belum diketahui. Namun sebuah sumber lain menyebutkan bahwa pesawat yang satu lagi telah dihadiahkan kepada pemerintah Birma, sebagai tanda terima kasih atas semua fasilitas yang diberikan perwakilan Garuda beroperasi di Birma.
Pada mulanya pesawat ini merupakan jajaran dalam angkatan udara Republik Indonesia dan rute luar neger,i yaitu Birma dan Calkutta. Sedangkan fungsinya didalam negeri selain dapat menjembatani pulau Sumatera dan Jawa; juga untuk menerobos blokade Belanda menerbangkan tokoh-tokoh politik bangsa Indonesia.
Kemudian pada tanggal 26 Januari 1949 RI-001 menjadi pesawat komersil yang dicarter oleh Indonesia Airways, yang kemudian dikenal dengan Garuda Indonesia Airways. Adapun menagernya yang pertama adalah Wiweko Supeno.
Selain telah menyumbang pesawat udara untuk kepentingan perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya, rakyat Aceh juga menyumbang kepada pemerintah Republik Indonesia berupa senjata, makanan, pakaian dan lain-lain untuk membantu perjuangan menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan di Sumatera Timur. Pada tahun 1948 rakyat Aceh telah mengirimkan ke daerah Medan Area sebanyak 72 ekor kerbau.

Peranan Radio Rimba Raya
Salah satu modal perjuangan Bangsa Indonesia pada masa perang kemerdekaan adalah alat komunikasi, yaitu Radio Rimba Raya. Sejak masa awal perang kemerdekaan 1946 daerah Aceh telah memiliki sebuah pemancar radio yang ditempatkan di Kutaraja. Dan dalam perkembangan selanjutnya dalam tahun1947 ditambah sebuah pemancar lagi yang ditempatkan di Aceh Tengah dan dikenal dengan nama Radio Rimba Raya. Kedua pemancar ini telah memegang peranan cukup besar pada masa perang kemerdekaan, sehingga sarana ini dapat dikatakan Modal Perjuangan Bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya.
Mengenai Radio Republik Indonisia Kutaraja,  pertama kali mengumandang di udara pada tanggal 11 Mei 1947 dengan kekuatan 25 watt melalui gelombang 68 meter. Jangkauan siarannya hanya sekitar Kutaraja, namun dalam perkembangannya tahun 1947 radio ini berhasil di kembangkan menjadi 100 watt, yang jangkauan siarannya sampai ke kota Medan dan Bukti Tinggi. Selanjutnya pada bulan  April 1948 radio ini di kembangkan lagi hingga menjadi 325 watt dan mengudara melalui gelombang 33,5 meter dan penyiarannya sudah dapat di tangkap di luar negeri. Ketika Dewan Keamanan Perserikatan  Bangsa-bangsa (PBB)  bersidang membicarakan masalah pertikaian antara Republik Indonesia dengan Belanda, Radio Republik Indonesia Kuta Raja ini  berulang-ulang mengadakan siaran  dengan menyiarkan hasrat/keinginan dan tekad bangsa Indonesia dalam mempertahankan  kemerdekaannya.
Mengenai Radio Rimba Raya berbeda dengan Radio Republik Indonsia Kutaraja. Pemancar Radio Rimba Raya ini mempunyai kekuatan cukup besar yaitu 1 kilowatt yang dikelola oleh Devisi X TNI yang dipimpin Mayor John Lie. Pemancar ini pertama sekali dipasang di Krueng Simpo sekitar 20 km dari kota Takengon, kemudian atas perintah Gubernur Militer radio ini dipindahkan ke Cot Gu (Kutaraja). Lalu dipindahkan lagi ke Aceh Tengah karena para pemimpin memperkirakan, bahwa pada gilirannya Belanda akan menyerbu ke Aceh. Radio ini di tempatkan di sebuah gunung yang dikenal dengan Burmi Bius yang letaknya 10 km dibagian barat kota Takengon.
Dalam waktu singkat sesuai dengan suasana yang mencekam dan kebutuhan mendesak, pemancar Radio Rimba Raya selesai di bangun yang dikerjakan oleh W. Schultz seorang warga negara RI keturunan Indonesia-Jerman bersama rekannya. Maka semenjak itulah ketika pemancar-pemancar utama di berbagai kota tidak mengudara lagi; karena dikuasai Belanda, maka  Radio Rimba Raya mengisi kekosongan ini dengan hasil yang baik sekali.
Ketika radio Batavia dan  Radio Hilversum memberitakan bahwa Republik Indonesia sudah tidak ada lagi, karena setelah Yogyakarta dapat direbut disusul pula dengan jatuhnya daerah-daerah kekuasaan Republik Indenesia lainnya, Radio Rimba Raya membantah dengan tegas, yang menandaskan “Bahwa Republik Indonesia masih ada, Tentara Republik Indonesia masih ada, Pemerintah Republik Indonesia masih ada, dan wilayah Republik Indonesia masih ada.” Dan disini, adalah Aceh, salah satu wilayah Republik Indonesia yang masih utuh sepenuhnya”,kata siaran radio tersebut. Berita ini dikutip oleh All India Radio; kemudian menyiarkan lagi, sehingga dunia pun mengetahui kebohongan Belanda.

Sumber: Dari Berbagai Sumber